Senin, 31 Agustus 2009

Hidup itu seperti pesta yang tidak pernah usai.


(judul diambil dari grafiti sebuah kampus)
Kita adalah masing-masing yang datang kedunia ini lewat sebuah undangan yang diundang oleh pihak pengundang tertera nama yang jelas dan pengirim yang jelas. sebagian orang menerimanya dengan senyum yang tenang dan sebagian orang yang lain menerimanya dengan teriakan, tangisan, kesombongan, kekecewaan, putus asa, ketidak pastian bahkan sebagian orang mengacuhkan undangan tersebut. padahal tidak seorangpun yang dapat menghindari atau lari dari undangan itu.
bahwa hidup layaknya seperti hiruk pikuk yang menggema dan waktu adalah kesibukan yang sia-sia bila dikhianati. banyak tawa terbahak-bahak bagi yang lucu atau tangis tersedu-sedu untuk akhir yang tragis. setiap pesta adalah kesenangan yang tampak dari luar. mengenakan pakaian terbaik yang terkadang terbalik, jamuan ternikmat walau menunya itu-itu saja, hiburan yang mengumbar nan membosankan. semua terasa semu bila diulang-ulang.
pesta bukan hanya milik rumah-rumah yang besar, bukan hanya milik orang-orang berlabel. pesta hadir di pinggir-pinggir kali walau bertelanjang kaki. pesta hadir di rumah-rumah ibadah melalui sorban dan tangan-tangan yang mengepal. pesta ada disetiap pemakaman sekalipun air mata tidak bisa dibendung. pesta ada dirumah-rumah gribik dengan penerangan petromaks sekalipun. pesta adalah kesenangan bagi kesedihan. dan kesedihan bagi kesenangan.
semuanya tidak akan pernah usai sampai mati lampu. menjadi gelap adalah akhir dari semuanya. dan ketakutanpun bergulung-gulung, jiwa terombang-ambing. dan inilah saat pesta yang sesungguhnya akan digelar. lagi-lagi melalui undangan. tertera nama yang jelas dan pengirim yang jelas. kehadirannya tidak bisa diwakili. dan kitapun berbondong-bondong membawa diri masing-masing. pakaiannya bukan lagi kesombongan. dimana hitam dan putih tidak bisa disembunyikan dan penyesalan selalu terlambat. dan tanpa disadari tertulis disudut kanan bawah undangan tersebut. turut mengundang: iblis dan setan.



jkt


010909
1430 H




Kamis, 27 Agustus 2009

efek "butterfly in the stomach"


ini adalah sensasi, efek, atau esensi sebuah gejolak asmara. bagi pria pemalu dan canggung sensasi ini dapat menahan lapar yang berkepanjangan, mengubah dingin menjadi hangat, menggerakkan langkah-langkah menjadi ringan, menguatkan daya tahan tubuh 2 kali lipat dari tenaga kuda bahkan tenaga surya. seperti candu yang merasuk menyeruak kedalam relung hati yang paling dalam, melihat wajahnya adalah sebuah kenikmatan bagi penglihatan dan kesengsaraan bagi rasa yang terpendam. inilah gejolak.

aku pemalu? ah rasanya tidak! mungkin tidak punya nyali? emmm bisa jadi! keterbatasan nyalilah yang mampu membendungnya. aku ingat dalam jarak 5 meter, lidah ini ingin berucap mengajaknya untuk menginjak rumput-rumput hijau ditaman kota dikala senja..ahh matahari pasti iri jika ini terjadi. atau sekedar makan malam yang diakhiri nonton bioskop. atau nonton bioskop yang diakhiri makan malam. apapun rencananya, pastilah sempurna. yang kemudian saling melempar senyum, menatap dan mengunci pandangan mata lekat-lekat yang sesekali bersentuhan walau hanya ujung-ujung jemari kita. namun apa jadinya jika dalam jarak 5 inch darinya, lidah ini berubah menjadi kelu, minuman isotonikpun menjadi tawar, bumi seperti berputar dengan tiba-tiba, kata-kata menghilang bersama runtuhnya keberanian. terkadang hanya sanggup tersenyum kecil, menatapnya sejenak dan terbata-bata dibuatnya. itulah yang terjadi.

aku adalah sipencuri pandangan yang dilakukan sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan secara terus terang, sesekali kami berbenturan mata beberapa detik sebelum akhirnya berpaling kemudian beradu lagi.inilah kenikmatan yang melebihi kopi pagi. lalu kemudian saling senyum. dunia dibuatnya indah didepan kedua bola matanya. jika memang cinta membuatku tidak punya nyali, maka untuk apa kesempatan selalu ada? kebayakan orang hal seperti ini akan berkata "biar waktu yang bicara". tidak buatku, untuk ku keadaan dan kesempatan inilah yang aku nikmati. menikmati "keapaadaannya" dengan jujur dan tulus dan bila masih ada rasamu untukku maka akan ku tererabas ketakutan itu! kemudian mencintaimu dengan sederhana. bukankah cinta itu sederhana?



jkt 0809